MAKNA HARI RAYA QURBAN
Merupakan kehendak Allah SWT, semua bentuk ibadah dalam Islam
memiliki hikmah dan landasan filosofis. Hari raya senantiasa tiba seusai
umat Islam melaksanakan ibadah cukup berat.
Idul Fitri datang setelah ibadah puasa Ramadhan. Idul Kurban tiba
setelah umat Islam beramal saleh selama 10 pertama Dzulhijjah dan puasa
Arafah. Esensi hari raya hanyalah peristirahatan sebentar setelah
perjalanan ibadah yang berat atau hadiah kemenangan dari Allah untuk
kaum Mukminin yang telah sukses melawan godaan setan.
Hari raya
bukanlah peristiwa tahunan untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan
ketaatan sebagaimana yang sering disalahpahami sejumlah orang. Setiap
insan hanyalah sebagai hamba Allah dalam segala ucapan dan perbuatannya.
Agama tidak menginginkan seorang hamba kehilangan hubungannya dengan
Allah walau sekejap.
Kehidupan Muslim bagaikan perjalanan
panjang yang ditempuhnya, sekali-sekali istirahat sebentar untuk
kemudian melanjutkan perjalanan perjuangan spiritual dan kehidupannya
yang lurus dan bersih. Istirahat sebentar itu adalah hari raya, yang di
dalamnya diperbolehkan bergembira ria dengan berbagai hiburan yang mubah
(dibolehkan).
Itulah sebabnya, dalam bahasa Arab disebut dengan
'id' yang artinya senantiasa kembali dengan membawa kebahagiaan,
kegembiraan, dan kelapangan.
Hari raya dalam perspektif Islam
harus diisi dengan berbagai nasihat, syiar, dan ibadah yang mengandung
nilai-nilai sosial, di samping merupakan kesempatan untuk membahagiakan
setiap insan di muka bumi. Allah SWT telah mengaitkan Idul Adha ini
dengan nilai sosial yang abadi dalam bentuk pengorbanan.
Pengorbanan
artinya menyerahkan sesuatu yang dimilikinya kepada orang yang
membutuhkannya. Pada hari raya ini dan hari-hari tasyrik, Allah
mensyariatkan bagi yang mampu untuk menyembelih hewan kurban yang
dibagikan kepada fakir miskin, karib kerabat, dan sebagian untuk
keluarganya sebagai upaya menebar kebahagiaan di muka bumi.
Dalam
syariat kurban terkandung makna pengokohan ikatan sosial yang dilandasi
kasih sayang, pengorbanan untuk kebahagiaan orang lain,
ketulusikhlasan, dan amalan baik lainnya yang mencerminkan ketakwaan.
Kilasan
esensi ini diungkap Allah dalam surah al-Hajj ayat 37, "Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah,
tetapi ketakwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah
Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah
terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang berbuat baik."
Di antara nilai sosial yang harus
menghiasi setiap Muslim pada hari raya adalah menghilangkan berbagai
bentuk kedengkian dan iri hati dalam diri, melupakan macam-macam
permusuhan dan pertentangan, serta kita tingkatkan kepedulian kepada
saudara-saudara kita yang tertimpa musibah.
Mari bersama
mengorbankan hawa nafsu, membuang sikap individualistis dan fanatis
mekelompok, demi ukhuwah insaniyah. Dengan Idul Kurban, kita teladani
Ibrahim dan Ismail AS, serta bersama menebar kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar